tanamlah pohonpohon cinta di halaman rumah,
kelak jika tumbuh bungabunga cinta,
kita akan petik bersama
NN
Saturday, January 30, 2010
Thursday, January 7, 2010
pemakaman bagi yang mati (unfinished)
puisi TS Eliot, the waste land, terdiri dari 433 larik.
kesemua larik tersebut terbagi menjadi 5 bagian:
the burial of the dead, a game of chess,
the fire sermon, death by water, what the thunder said
dan inilah bagian yang pertama:
april adalah bulan yang paling kejam, menghidupi
pohon wewangian dari dalam tanah tandus, membaurkan
kenangan dan hasrat, mengaduk-aduk
akar kering dengan hujan musim semi.
musim dingin tak memusnahkan hangat kita, menyelimuti 5
pertiwi dengan salju yang terlupakan, menyuapi
sedikit kehidupan dengan tunggul-tunggul kering.
musim panas menghenyakkan kita, menjenguk danau rehat
bersama gerimis; kita berteduh di bawah pilar-pilar itu,
lalu berjalan lagi bersama mentari, menuju taman raja, 10
kita menikmati kopi dan berbincang satu jam lamanya.
aku tidak bersangkut paut dengan Rusia; aku manusia Lithuania, seorang Jerman sejati. 12
di masa kanakku, ketika berada di istana pangeran,
sepupuku mengajakku naik kereta luncur,
dan akupun takut. ia berkata, Marie, 15
Marie, pegangan erat! dan meluncurlah kami.
di antara gunung-gunung, di sanalah kamu merasa bebas.
aku membaca, lebih sering pada malam hari, dan pergi ke selatan di musim dingin.
akar apakah yang mencengkeram, ranting apakah yang tumbuh
dari dalam sampah membatu ini? wahai anak manusia, 20
kau tak dapat berkata atau menduga, karena kau hanya tahu
sebuah kumpulan serpihan lukisan, dimana mentari membakar,
pohon yang mati tak meneduhkan, serangga menjadi lelah,
bebatuan kering tak lagi mencium air. hanya
ada bayangan di bawah batu kemerahan ini, 25
(datanglah berteduh dalam naungannya),
dan aku akan menunjukkan padamu sesuatu yang beda
dari bayangmu di pagi hari yang melangkah lebar mengejarmu
atau dari bayangmu di sore hari ingin yang menjumpaimu;
aku akan menunjukkan padamu ketakutan dalam segenggam debu. 30
angin menghembuskan kesegaran
pada tanahku;
wahai gadis Irlandia, gadisku,
di manakah kamu melangkah perlahan dalam penat?
'kau memberiku mawar, pertama kali, setahun yang lalu'; 35
'mereka memanggilku gadis mawar.'
—ketika kami kembali, agak terlambat, dari kebun mawar,
lenganmu penuh, dan rambutmu basah, aku tak bisa
bicara, dan mataku kabur, entah
aku hidup ataukah mati, aku tak tahu apa-apa, 40
aku melihat sumber cahaya, kesunyian.
laut pun menjadi sunyi dan kosong.
mama Sositris, peramal terkenal,
ia punya sakit flu parah, meski demikian
terkenal sebagai wanita paling bijak di Eropa, 45
ia memegang setumpuk kartu ramal. inilah, katanya,
inilah kartu-kartumu, Pelaut Phoenicia yang tenggelam,
kesemua larik tersebut terbagi menjadi 5 bagian:
the burial of the dead, a game of chess,
the fire sermon, death by water, what the thunder said
dan inilah bagian yang pertama:
april adalah bulan yang paling kejam, menghidupi
pohon wewangian dari dalam tanah tandus, membaurkan
kenangan dan hasrat, mengaduk-aduk
akar kering dengan hujan musim semi.
musim dingin tak memusnahkan hangat kita, menyelimuti 5
pertiwi dengan salju yang terlupakan, menyuapi
sedikit kehidupan dengan tunggul-tunggul kering.
musim panas menghenyakkan kita, menjenguk danau rehat
bersama gerimis; kita berteduh di bawah pilar-pilar itu,
lalu berjalan lagi bersama mentari, menuju taman raja, 10
kita menikmati kopi dan berbincang satu jam lamanya.
aku tidak bersangkut paut dengan Rusia; aku manusia Lithuania, seorang Jerman sejati. 12
di masa kanakku, ketika berada di istana pangeran,
sepupuku mengajakku naik kereta luncur,
dan akupun takut. ia berkata, Marie, 15
Marie, pegangan erat! dan meluncurlah kami.
di antara gunung-gunung, di sanalah kamu merasa bebas.
aku membaca, lebih sering pada malam hari, dan pergi ke selatan di musim dingin.
akar apakah yang mencengkeram, ranting apakah yang tumbuh
dari dalam sampah membatu ini? wahai anak manusia, 20
kau tak dapat berkata atau menduga, karena kau hanya tahu
sebuah kumpulan serpihan lukisan, dimana mentari membakar,
pohon yang mati tak meneduhkan, serangga menjadi lelah,
bebatuan kering tak lagi mencium air. hanya
ada bayangan di bawah batu kemerahan ini, 25
(datanglah berteduh dalam naungannya),
dan aku akan menunjukkan padamu sesuatu yang beda
dari bayangmu di pagi hari yang melangkah lebar mengejarmu
atau dari bayangmu di sore hari ingin yang menjumpaimu;
aku akan menunjukkan padamu ketakutan dalam segenggam debu. 30
angin menghembuskan kesegaran
pada tanahku;
wahai gadis Irlandia, gadisku,
di manakah kamu melangkah perlahan dalam penat?
'kau memberiku mawar, pertama kali, setahun yang lalu'; 35
'mereka memanggilku gadis mawar.'
—ketika kami kembali, agak terlambat, dari kebun mawar,
lenganmu penuh, dan rambutmu basah, aku tak bisa
bicara, dan mataku kabur, entah
aku hidup ataukah mati, aku tak tahu apa-apa, 40
aku melihat sumber cahaya, kesunyian.
laut pun menjadi sunyi dan kosong.
mama Sositris, peramal terkenal,
ia punya sakit flu parah, meski demikian
terkenal sebagai wanita paling bijak di Eropa, 45
ia memegang setumpuk kartu ramal. inilah, katanya,
inilah kartu-kartumu, Pelaut Phoenicia yang tenggelam,
Monday, March 30, 2009
cinta luka
cinta melukaiku setahun sekali
namun luka mencintainya hanya satu hari,
agar aku bisa mencintai lukanya selamanya
namun luka mencintainya hanya satu hari,
agar aku bisa mencintai lukanya selamanya
Monday, March 16, 2009
di sebuah hari terakhirmu
::für nisa diani
tahukah kamu
di desaku ada pohon yang tiap malam jumat
meneteskan air mata dari daunnya,
nanti malam mungkin aku akan membawa plastik
besok, saat kita bertemu aku akan berkata begini:
"inilah air mataku, aku tampung dalam plastik."
tahukah kamu
di desaku ada pohon yang tiap malam jumat
meneteskan air mata dari daunnya,
nanti malam mungkin aku akan membawa plastik
besok, saat kita bertemu aku akan berkata begini:
"inilah air mataku, aku tampung dalam plastik."
puisi kilat
::untuk komunitas piramida di mesir
(1)
Aku puas dengan langit yang biru
Tanpa salju membeku seperti musim lalu
Aku puas dengan hatiku yang mengharu
Tanpa cinta pilu di tahun lalu
(2)
Musim kemarau belum berlalu
Dan daun jati sudah berhenti meranggas
Hujan belum nampak akan turun
Namun padang gurun mulai bersemi
(3)
Kami di sini bertanya-tanya
Ada apa gerangan di sana
Badai gurun berhenti berhembus sejenak
Menunggu apa yang akan terjadi
(4)
Jawablah rindu ini
Meski dalam kata terbungkus duri
Wujudkanlah harap ini
Meski dalam nada sehalus pasir
(1)
Aku puas dengan langit yang biru
Tanpa salju membeku seperti musim lalu
Aku puas dengan hatiku yang mengharu
Tanpa cinta pilu di tahun lalu
(2)
Musim kemarau belum berlalu
Dan daun jati sudah berhenti meranggas
Hujan belum nampak akan turun
Namun padang gurun mulai bersemi
(3)
Kami di sini bertanya-tanya
Ada apa gerangan di sana
Badai gurun berhenti berhembus sejenak
Menunggu apa yang akan terjadi
(4)
Jawablah rindu ini
Meski dalam kata terbungkus duri
Wujudkanlah harap ini
Meski dalam nada sehalus pasir
puisi bubur
baja kokoh terendam panas
menjadi bubur
kardus kertas terendam panas
menjadi bubur
cintaku padamu terendam amarah
menjadi bubur
menjadi bubur
kardus kertas terendam panas
menjadi bubur
cintaku padamu terendam amarah
menjadi bubur
Subscribe to:
Posts (Atom)