Monday, March 30, 2009

cinta luka

cinta melukaiku setahun sekali

namun luka mencintainya hanya satu hari,
agar aku bisa mencintai lukanya selamanya

Monday, March 16, 2009

di sebuah hari terakhirmu

::für nisa diani

tahukah kamu
di desaku ada pohon yang tiap malam jumat
meneteskan air mata dari daunnya,

nanti malam mungkin aku akan membawa plastik

besok, saat kita bertemu aku akan berkata begini:
"inilah air mataku, aku tampung dalam plastik."

puisi kilat

::untuk komunitas piramida di mesir

(1)
Aku puas dengan langit yang biru
Tanpa salju membeku seperti musim lalu
Aku puas dengan hatiku yang mengharu
Tanpa cinta pilu di tahun lalu

(2)
Musim kemarau belum berlalu
Dan daun jati sudah berhenti meranggas
Hujan belum nampak akan turun
Namun padang gurun mulai bersemi

(3)
Kami di sini bertanya-tanya
Ada apa gerangan di sana
Badai gurun berhenti berhembus sejenak
Menunggu apa yang akan terjadi

(4)
Jawablah rindu ini
Meski dalam kata terbungkus duri
Wujudkanlah harap ini
Meski dalam nada sehalus pasir

puisi bubur

baja kokoh terendam panas
menjadi bubur

kardus kertas terendam panas
menjadi bubur

cintaku padamu terendam amarah
menjadi bubur

makar

telah kukibarkan bendera tiga warna

merah
putih terbercak noktah hitam

himne susilo

padahal dulu kukira engkaulah doraemon
dengan kantong ajaib dan baling-baling bambu

mengapa sahabatku berpoligami

satu sehat empat sempurna

Sunday, March 15, 2009

sang pemburu

setiap kali pulang dari berburu,
ia selalu menyisakan satu anak panah
dalam tabungnya

demikianlah sudah dua puluh tahun lamanya

suatu hari tabung panah itu kosong dan
ia membopong seorang perempuan
dengan anak panah menancap di jantungnya

lalu ia memohon padaku:
"izinkan perempuan ini menjadi yang kedua!"

senandung pecinta alam

biru memiliki keagungannya sendiri
merah memiliki kehangatannya sendiri
putih memiliki kejernihannya sendiri
hitam memiliki kesunyiannya sendiri

dan aku ...
memiliki keindahanku sendiri

laut dan sungai

laut dan sungai sudah bermesraan sejak dulu.

kalau tidak percaya, tanyakanlah pada akar-akar pepohonan bakau
atau pada rawa, yang selalu cemburu pada sungai

heranku padamu

ada satu hal yang aku herankan:
ombak tak pernah bosan menghantam karang

tidak seperti kamu menunggu diriku

untuk aku

jemarimu tidaklah berguna kecuali untuk membelaiku
tanganmu tidaklah berguna kecuali untuk memelukku
lidahmu tidaklah berguna kecuali untuk merayuku
hidupmu tidaklah berguna kecuali untuk kau habiskan bersamaku

kelapa muda

sejuk dan segar
seperti pertama kali menyentuh jemarimu

cinta dalam hati

mentari selalu terbit meski hari tak selalu panas
bintang selalu bersinar meski malam tak selalu gemerlap
cinta ini selalu membara meski hasrat tak selalu jelas
rindu ini selalu menyala meski kata tak selalu terucap

hilang

saujana menyusuri tepian cakrawala
tatkala terpejam
khidmatnya hilang

sembilu merepih hati rindu
tatkala telah bertemu
pilunya hilang

renjana meradang
tatkala naik ke ranjang
langutnya hilang

benci dan rindu

benci mencari rindu di semak-semak cinta
namun rindu telah bersembunyi di padang rumput dusta

dikatakannya benci padahal rindu
ditahankannya rindu yang sedang membalut benci

izinkan aku

izinkan aku mengiris perasaanmu
dengan sebilah sembilu yang baru saja
kugunakan untuk mengiris kata

izinkan aku menyentuh wajahmu
dengan selembar sapu tangan yang baru saja
kugunakan untuk mengusap sunyi

mengapa tak cinta

ada tiga lelaki, kemudian empat,
yang bertepuk sebelah tangan.

lelaki pertama menggumam:
"ia tak juga mencintaiku, meskipun ia lumpuh
dan aku bersedia selalu menggendongnya."

lelaki kedua mengeluh:
"ia tak juga mencintaiku, meskipun ia buta
dan aku bersedia selalu menuntunnya."

lelaki ketiga berkata lirih:
"ia tak juga mencintaiku, meskipun ia bisu
dan aku bersedia selalu menyambung lidahnya."

lelaki keempat berbisik:
"ia tak juga mencintaiku, meskipun ia tak pernah mengenal cinta
dan hanya aku yang bersedia selalu mencintainya."

rayuan pagi hari

::für elis

kubuka telingaku pagi ini
untuk mendengar kicau burung yang merdu

kubuka mataku pagi ini
untuk mengintip embun yang membasahi rerumputan

kubuka ruang hatiku pagi ini
untuk kau hiasi dengan cintamu

mengapa aku tak ingin sendiri

semua hal bisa kulakukan tanpa dirimu
wahai belahan jiwaku

kecuali untuk bangun dari mimpi

Saturday, March 14, 2009

hilangnya pendaki gunung cita

tidak ada kabut tebal
tidak ada licin karena hujan
tidak ada makhluk pemangsa insan

namun entah mengapa jasadnya tidak pernah ditemukan

tatkala di puncak gunung
aku bertanya pada bebatuan
dan mereka berkata kepadaku:

"ia memang pernah kemari, namun kami menyuruhnya
menapaki angin dan meninggalkan kehidupan,
karena di sanalah tidak ada lagi puncak,
seperti yang ia inginkan"

pejamkan matamu

seorang pertapa pernah berkata kepadaku:
"pejamkan matamu saat bercinta,
baik dengan perempuan, alam maupun kesunyian."

aku sudah mengetahui itu,
karena memang ketiganya adalah istriku.

seolah tahu isi benakku, ia menambahkan:
"pejamkan pula matamu kala sesekali
engkau berselingkuh, terutama dengan kematian."

mencintai

mencintaimu adalah mencintai bayanganmu
yang ada dalam benakku

mencintaiku adalah mencintai bayanganku
yang ada dalam benakku

mencintainya adalah mencintai bayangannya
yang ada dalam benakku dan benakmu

mencintai adalah mencintai bayangan benaknya
yang ada dalam benakku

surat dari lucifer

sepucuk surat aku terima,
tertulis nama 'lucifer' di sampulnya

ketika aku buka, terbacalah:

"aku mendengar doamu kepada Tuhan.
kamu ingin tahu surga dan neraka?

aku pernah merasakan keduanya.

bakar surat ini, dan kamu akan tahu."

setelah surat itu kubakar...

hanya ada api

lalu ada suara berbisik:
"ya, surga dan neraka adalah api;
surga dan neraka adalah tempat yang sama.
hanya inderamu yang berbeda."

hanya berkebun

maaf
aku sibuk berkebun

di kebunku tumbuh berbagai bunga kata

hanya saja
aku tak sempat merangkainya untukmu

petik saja sendiri
dan rangkai sendiri kata-katamu

hujan pagi ini

pagi ini
hujan semakin deras

aku takut
sungai akan meluap dan menghanyutkan
cinta kita

lilit

hatiku terlilit
kala aku dililit cinta

astera berkedip
memberi restu dari langit

aku sakit
karena aku mendua
sekalipun tak punya cinta

malam menggumam
memberi perkenan dalam kelam

asmara menjangkit
cinta melilit

dan akupun sakit

mayang

::sebuah sungai yang melintasi kampung halamanku

aku mengizinkanmu pergi
jauh ke selatan di musim hujan,
karena aku hanya bisa menemanimu
di musim kering

daun jati meratap
panas hari bersorak

cinta tidak datang kapan saja

mungkin aku akan menyusulmu
jauh ke utara,
setelah mereka terkembang
dan beranjak remaja

pohon jati bersorak
air mata meluap

cinta hadir ketika mata terbuka

di atas ranjang luna maya

kasur bertanya pada bantal:
“mengapa engkau yang menerima tetesan liurnya,
padahal akulah yang menyangga berat tubuhnya?”

bantal pun menjawab:
“mengapa pikiranmu seperti para pria itu,
yang bersedia bertukar liur dengannya?
kamu tahu, akulah yang pertama kali
mendengar dengkurnya yang sumbang.”

aku dan engkau

di wajahmu mengalir
setetes air mata tanpa darah

di wajahku mengalir
setetes darah tanpa air mata

aku berdarah,
lalu mengapa engkau yang menangis?

anggrek, rafflesia dan kita

anggrek tak pernah bertanya
mengapa ia sangat dikagumi

rafflesia tak pernah bertanya
mengapa ia sangat dibenci

tetapi kau selalu bertanya
mengapa wajahmu yang buruk dicintai
dan wajahku yang tampan dibenci

aku dan pancasila

kemarin
aku memperingati hari kesakitan pancasila

hari ini lagi
dan besok lagi

sebenarnya
aku memperingatinya setiap hari,
kecuali hari pertama bulan kesepuluh

pada hari kebebasan

bertahun-tahun lalu

senjata yang mereka arahkan ke jantungku
membuatku bungkam hingga aku tak berani lagi
meneriakkan kebenaran melawan penindasan

pengapnya udara penjara
membuat tintaku membeku hingga penaku tak lagi
menggoreskan tulisan tajam menentang tirani

hari ini

ketika bui melepasku dengan enggan,
mereka menyiapkan panggung untukku

penguasa baru yang tidak aku kenal
menyambut aku sebagai pahlawan

sebelum aku bertanya ia menjawab:
"cemerlang sekali tuan, cemerlang.
di dunia ini semua bisa dihakimi
kecuali igauan ketika tidur."

Thursday, March 12, 2009

tangisan cermin

ketika kau mengiris nadimu
aku diam saja karena bukan aku yang menyakiti hatimu

ketika kau mati
aku diam saja karena bukan aku yang membunuhmu

ketika ibumu menangis
aku diam saja karena bukan aku yang melahirkanmu

setahun setelah kepergianmu
aku menangis karena kau tak pernah bercermin lagi

puisi makhluk luar angkasa

::makhluk berwajah pesing

wahai manusia yang penuh derita,
sehari saja kami ingin menjadi dirimu

karena meski penuh derita, tidak seperti kami,
tangisan mengalir dari matamu dan
air seni dari selakanganmu

ketika para pujangga berkumpul

tentu saja membicarakan cinta
meski mata pencaharian mereka berbeda

sang resi berkata:
"cinta seperti nafas, manusia
tak mampu hidup tanpanya."

sang tukang martabak berkata:
"cinta ada di sekitar kita, menemukannya
lebih mudah daripada membalikkan martabak."

sang virolog berkata:
"cinta seperti virus, tanpa menyatu dengan
kehidupan ia mati."

Wednesday, March 11, 2009

musim kata

aku paling tidak suka
saat memasuki musim kata

yang aku takutkan adalah
hujan kata tanpa henti selama berhari-hari

kalau sudah begitu
sungai akan meluapkan kata
dan banjir kata akan merusak
kebun kata yang aku rawat

lalu aku hanya bisa diam tanpa kata

Tuesday, March 10, 2009

huhumilang

dimana sendu mengalirkan duka,
ada hati terlingkup perih terlanda oleh luruhmu.

terkenang akan hari ketika aku dirundung sayang,
tertumpah remuah dari cinta,
dihias hikmat dalam pesona suka.

kami iring di muka gerbang antara,
yang memisahkan semua diri,
ingin kami terhanyut hingga duniamu.

menegarkan raga merajut lagi asa
seraya menunggu waktu menghalau seluruh pilu,
hingga kami bebas untuk tetap terkenang akanmu
selamanya

anggrek dan laba-laba

aku meraba-raba pohon anggrek
penuh sarang laba-laba di teras rumahku

hatiku berbunga-bunga bukan hanya
karena anggrek itu berbunga,
namun juga karena ia mulia

bagaimana tidak, meski masih hidup menumpang
pada yang lain ia rela memberi tumpangan
pada kehidupan yang lain

lipat dan peras

di sore hari
aku melipat-lipat pakaian yang belum kering.
aku sengaja tidak memerasnya
agar tanganku tak lelah

malam harinya
aku melipat-lipat otakku yang belum kering.
aku sengaja tidak memerasnya
agar anganku tak lelah

ah...
andaikan setelah itu
aku bisa melipat-lipat seseorang
meski tak memerasnya.
namun mungkin aku akan lelah

cinta dan kata

pada suatu sore ketika
duduk-duduk di tepi jalan
aku melihat cinta dan kata berpapasan

kata menghardik cinta:
"jangan lupakan hutangmu padaku!"

cinta hanya tersenyum.
keningnya sedikit berkerut

kata segera berlalu
sebelum sempat tersipu malu

sama seperti cinta,
aku pun tersenyum

hutang kata pada cinta jauh lebih banyak
dan tak mungkin dapat dilunasi

lagu masa kecil

satu satu aku selalu ingat dirimu
dua dua sudah sewindu tak bersua
tiga tiga kapankah boleh sejenak bersama
satu dua tiga sebelum terlupa bayangmu di mata

tak hendak

sampan merajuk di pinggir sungai
dayung kukuh tak hendak menyeberang
cintaku menumpuk di alam andai
raguku teguh tak hendak menyayang

penyair tua

petang ini Aku menemui seorang peramal di pasar malam.
dalam bola kristal aku melihat seorang penyair tua serupa wajahku
bersajak:

jangan kau buang pot pot itu. potret pot pot
itu sebelum kita bertret tet tet di bulan juni!

akan kita sandingkan potret itu
dengan burung merak di satu hari yang penuh hujan.

akan kita sandingkan mereka
di kebun binatang yang terbuang dari kumpulannya


aku termangu, sedikit mendesah:

ah, hingga tua ternyata aku hanyalah seorang pemulung kata

paduka

padaku paduka meminta kaldu kuku kuda
seusai paduka berkuda padaku

paduka apaku?
aku kuda muda paduka

aku mantrai kaldu kuku kuda paduka
hingga paduka bisa aku kudai dan
terkuda-kuda padaku

paduka dia paduka
paduka kudaku
paduka budakku

akhirnya, aku paduka

dinding

aku adalah peraba dinding

setiap dinding yang aku sentuh akan memutar kejadian
yang dialami orang-orang yang pernah menyentuhnya

sebenarnya aku ingin meraba dinding
Jericho, Gaza, Berlin ataupun Mancuria
dan melihat peristiwa pedih dan heroik
yang mengubah sejarah

namun sampai saat ini hanya dinding rumah tua
di depan rumahku yang sering aku raba

pernah suatu kali ketika aku menyentuhnya,
terlihat malam gelap yang dipenuhi jeritan pilu
orang-orang yang dianggap komunis.

kali yang lain lagi, aku melihat di halaman rumahku
banyak orang berkerumun melayat almarhum nenekku

aku pernah mengeluh padanya mengapa ia suka peristiwa pedih

hari ini aku merabanya lagi, dan aku melihat
detik-detik yang diperlambat ketika
sebutir kelapa terjatuh menimpa kepalaku.

kupu-kupu kertas

kupu-kupu kertas berwarna-warni
tergantung di langit-langit kamarku.
tiap hari ia berputar-putar riang
mengikuti irama semilir angina

lama kelamaan ia bosan
dan tak ingin berputar-putar lagi

lalu aku tempelkan seekor ulat bulu pada sayapnya

kupu-kupu kertas kembali riang
dan berputar-putar lagi.

aku tahu ia ingin menjadi ulat
dan lalu menjadi kupu-kupu sungguhan

ulat pun senang,
kapan lagi ia bisa merambati kupu-kupu?

Sunday, March 8, 2009

cinta dalam botol

botol ini berisi jin cinta

aku harus membukanya dengan gigiku,
konon hanya gigiku yang cocok
dengan gigi tutup botol ini

pagi ini di halaman rumahku
ribuan orang memohon agar aku
mengeluarkan jin cinta
untuk menyembuhkan hati yang terluka

sayang sekali, hari ini aku sakit gigi

tentang maut

maut memiliki penciuman yang tajam,
ia tak pernah keliru mengenali mangsanya.

ia memiliki penglihatan yang jernih,
tak pernah gagal menangkap buruannya.

namun ia memiliki cita rasa yang buruk.
daging muda, berotot ataupun keriput ia anggap sama

ia hanya takut pada waktu, karena ada saat
dimana maut tak memiliki sengat lagi

rindu

angin dan hujan sore ini
mengingatkanku akan masa lalu

gembira hati rindu
menemani aku hanya seminggu,
ketika aku menikah dengannya

kepedihan hati rindu
menemani aku hingga sewindu,
setelah ia tiada

angin berlaku tak serupa hembusan nafasnya,
hujan berlaku tak serupa tetes air matanya,
namun mengapa aku ingat padanya?

rindu dalam pilu,
pilu dalam waktu

mukadimah kitab cinta

cinta tak dapat diciptakan
dan cinta tak dapat dimusnahkan

cinta sudah ada dari mulanya
dan akan tetap ada selamanya

cinta bukan aku dan aku bukan cinta,
namun sejak aku ada aku selalu bersama cinta

rasa

aku membiarkan titik-titik air hujan
yang tertiup angin menerpa wajahku

anak gadisku bertanya: "ayah menangis?"

air mataku bercampur air hujan mengalir ke mulutku.
hambar.
tak sama dengan rasa hatiku yang kecut.

kecut?
ah...

aku jadi teringat bau keringatnya